welcome to Loka Sangraha |
Hari
minggu kemarin saya, suami dan dua teman kami jalan-jalan ke Bali Timur
tepatnya ke daerah Karangasem. Meskipun suami berasal dari daerah ini
tapi sebagai local boy dia sangat tidak boleh diandalkan menjadi
petunjuk jalan , kenapa ? karena tiap kali dia jadi penunjuk jalan pasti
hasilnya adalah nyasar atau tempat yang dituju sudah lewat hihihi.
Niat
awal kami adalah snorkeling di pantai Amed tapi apa mau dikata hotel
yang kami pilih memiliki pantai yang tidak bersahabat untuk snorkeling
kala itu, ombak besar dan anginnya kencang, dari pada menantang bahaya
akhirnya kami urungkan niat snorkeling dan hanya berenang di kolam hotel
saja. Lalu sekitar satu jam kemudian kami memutuskan pindah lokasi,
karena ditempat itu rasanya sudah mati gaya, dari pada buang-buang waktu
kita memilih melanjutkan perjalanan ke Desa Batudawa, Tulamben. Di
desa ini ada sebuah tempat wisata yang sedang hits dikalangan anak muda
Bali, dikenal dengan sebutan rumah pohon Batudawa.
Amed |
Amed |
Penjalanan
dari Denpasar menuju Amed menempuh waktu kurang lebih sekitar dua jam
dan sampai di desa Batudawa sekitar 3 jam dengan jarak tempuh kurang
lebih 250 km. Jalanan menuju desa ini lumayan bagus atau sebagian besar
jalan beraspal mulus, sampai memasuki areal Tukad Abu dengan plang di
kiri jalan. Awalnya jalannya masih mulus lalu makin lama makin kecil dan
mulai terjal berliku, wajar saja karena jalanan ini menuju ke kaki
Gunung Agung. Jadi kalau mau kesini saya anjurkan untuk naik motor atau
membawa mobil yang agak tinggi supaya aman melewati gundukan dan
bebatuan. Dikanan dan kiri jalan pemandangannya indah banget, bukit dan
bebatuan bekas erupsi yang ditumbuhi rerumputan dan pepohonan
mengingatkan saya akan perjalanan ke kaki Merapi beberapa bulan lalu.
Sampai di lokasi yang dimaksud kami disambut oleh warga lokal yang
membantu memarkirkan mobil. Wuih ternyata ramai juga, parkirannya
lumayan penuh.
Dengan
penasaran kami bergegas memasuki areal rumah pohon ini, pada pintu
masuk pertama terpampang papan kayu berwarna kuning dengan tulisan "Loka
Sangraha", mungkin ini adalah nama tempat yang sebenarnya. benda lain
yang menarik mata saya adalah sebuah plang besi berukir dengan kesan
vintage dilengkapi lonceng yang bertuliskan "welcome" siap menyambut
kedatangan setiap pengunjung yang ingin menikmati pemandangan indah dari
kaki Gunung Agung. Lalu seorang lelaki yang juga warga lokal dengan
ramah menyapa kami, meminta kami mengisi buku kunjungan.
Masuk
ketempat ini tidak dikenakan biaya yang ditentukan tapi kita boleh
memberi secara sukarela untuk membantu menjaga keberadaan tempat ini.
Saya sempat bertanya pada Bli yang menyambut kami, tempat apa sebenarnya
ini ? dan dia menjelaskan kalau awalnya ini adalah tempat pribadi untuk
menenangkan fikiran dan mencari ketenangan jiwa namun karena minat
pengunjung yang semakin hari semakin tinggi, pemiliknya mengijinkan
untuk warga umum datang berkunjung dengan syarat menjaga kebersihan dan
keberadaan tempat ini. Bli ini juga menjelaskan kalau keberadaan Loka
Sangraha ini mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga lokal yang
tidak bisa menamatkan pendidikannya.
Gunung Agung yang gagah berdiri di bagian utara Loka Sangraha |
Bagian selatan dengan view selat Lombok |
numpang nampang lagi :) |
Luas
areal ini sekitar 15 are, dengan sebuah bangunan utama di bagian tengah
yang menyerupai Stupa Borobudur atau duplikasi mini dari Gunung Agung,
yang unik dari bangunan ini adalah bahan pembentuknya, keseluruhan
bagian stupa dan tembok yang mengelilingi tempat ini dibuat dari tanah
yang dibulatkan dan dipadatkan disebut dengan nama "Tatal", yang juga
merupakan bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat Bali kuno.
Untuk menaiki stupa ini ada tangga dibagian depan dengan alur melingkar,
disekeliling stupa ditempatkan pot bunga dan lampu dari teracotta,
mungkin fungsinya untuk menjaga agar pengunjung lebih berhati--hati saat
naik jadi terhindar dari kemungkinan jatuh. Dibagian bawah atau dasar
stupa terdapat kolam dengan bunga tunjung/lotus aneka warna. Karena
lokaisnya yang terletak di kaki gunung, maka angin disini cukup kencang,
dengan pemandangan hijau di sekeliling, teriknya siang kadang tidak
terasa saat berada disini. Dari puncak stupa kita bisa melihat
pemandangan selat Lombok di bagian selatan dan Gunung Agung yang berdiri
dengan gagahnya di bagian utara. Tempat yang memang ideal untuk mencari
keheningan fikiran dan menikmati alam secara lebih dekat. Seperti nama
tempat ini "Loka Sangraha" yang berarti kesejahteraan dunia.
Bangunan menyerupai stupa Borobudur atau miniatur Gunung Agung ? |
Dibagian
depan samping bangunan stupa terdapat sebuah rumah pohon yang sudah
dilengkapi dengan jembatan gantung untuk naik keatas. Menaiki tempat ini
harus satu persatu karena jembatannya hanya terbuat dari tali dan alas
bambu. jadi harus antri dan sabar kalau mau menikmati sensasi berada
diatas rumah pohon. Di sekeliling areal ditanami aneka tanaman buah,
saya berfikir tempat ini pasti sangat asri ketika beberapa tahun lagi
seluruh pohon buah ini sudah mulai besar, rimbun dan tinggi. Pasti akan
jauh lebih teduh dari sekarang. Oh ya di tempat ini juga disediakan
beberapa tempat duduk yang menyebar di seluruh areal Loka Sangraha, dan
satu lagi ada warung rujaknya. Padahal pengen banget makan rujak disana
tapi ragu dan mengurungkan niat karena takut perut bermasalah secara
perjalanan pulang masih butuh waktu 3 jam lagi.
gunung agung |
Pemandangan rumah pohon dari puncak stupa |
Sekian
dulu cerita jalan-jalan kali ini ya, pesan saya bagi yang mau
berkunjung ketempat ini siapkan bekal, bawa motor atau kendaraan yang
agak tinggi, jagalah kebersihan dan patuhi semua aturan yang ada,
misalnya jangan menaiki atau duduk dan berdiri diatas tembok karena
tatal atau bahan dari tembok ini tidak sekuat adonan beton, jadi
himbauan ini sebenarnya untuk menjaga keselamatan masing-masing. Oh ya
satu lagi bagi para Abg yang sedang pacaran disini, tolong menikmati
tempatnya giliran sama pengunjung lain ya, jangan mentang-mentang lagi
pacaran trus Loka Sangraha serasa milik berdua ... peace .
Post a Comment